Australia merupakan salah satu eksportir gas terbesar dunia,
namun harga gas didalam negeri terus meningkat karena harga gas untuk ekspor
lebih mahal. (Credit: ABC)
Asosiasi yang mewakili kalangan produsen Australia memperingatkan ke
depan akan ada lebih dari 100.000 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kecuali
pemerintah federal melakukan tindakan untuk mengatasi kekurangan pasokan gas
yang memicu kenaikan harga gas di sektor rumah tangga dan industri.
Ironisnya kondisi ini terjadi di tengah produksi gas Australia surplus dari
jumlah produksi sebelumnya. Australia saat ini juga diketahui berada di jalur
untuk menjadi eksportir gas terbesar di dunia, menyusul kesepakatan kontrak
kerjasama yang diperoleh Australia sebagai pemasok pasar bahan bakar Asia yang
haus pasokan dan berani membayar tiga kali lipat harga gas Australia demi
memperoleh pasokan energi.
Pelaku industri manufaktur mengatakan, pihaknya juga menginginkan sistem
yang mirip dengan Amerika Serikat di mana gas tidak diekspor kecuali telah
memenuhi kepentingan nasional.
Ketua Asosiasi Manufaktur Australia, Sue Morphet mengatakan
perusahaan-perusahaan besar yang selamat dari GFC saat ini berada di bawah
tekanan untuk memindahkan produksi mereka di luar negeri .
"Kenaikan gas ini bisa menggerus biaya GDP kami sekitar AUD$28 miliar
dan 100.000 pekerjaan langsung, ditambah semua pekerjaan tidak langsung bagi
orang-orang yang melayani sektor manufaktur," katanya .
Perusahaan produk bangunan CSR mengatakan kesepakatan Australia untuk meningkatkan jumlah ekspor gasnya sampai 3 kali lipat memicu masalah besar.
Perusahaan produk bangunan CSR mengatakan kesepakatan Australia untuk meningkatkan jumlah ekspor gasnya sampai 3 kali lipat memicu masalah besar.
"Tidak banyak orang yang paham apa konsekwensinya ketika pasokan gas
berkurang setelah tahun 2016 untuk menopang industri dalam negeri seperti
perusahaan kami misalnya,” kata Direktur Manager CSR, Rob Sindel.
Setelah sekitar 30 tahun berkecimpung diindustri peleburan bahan baku untuk
membuat kaca, CSR memutuskan menutup pabrik peleburan kaca mereka di Ingleburn
di pinggiran Sydney, dan merumahkan 150 staf.
Menurutnya penutupan pabriknya disebabkan karena kenaikan tagihan energi
gara-gara kenaikan harga gas – yang merupakan bahan utama dalam peleburan kaca.
"Pabrik seperti milik kami tidak mampu lagi menanggung beban biaya
tambahan,” kata Sindel.
Namun CEO dari Asosiasi Eksplorasi dan Produksi Minyak Australia (APPEA),
David Byers, mengatakan industri gas mewakili kesempatan besar untuk
mendongkrak perekonomian Australia.
"Kita sedang menegosiasikan investasi senilai $200 milyar, jadi
langkah ini akan menjadi dorongan besar dalam mendongkrak GDP Australia selama
20 -25 tahun mendatang,” katanya.
Namun tidak semua pengusaha di Australia sepakat dengan pendapat tersebut.
Gas ditimbun untuk ekspor
Di sepanjang pesisir timur Australia, para pengusaha mengatakan produsen gas
besar Australia saat ini banyak mengurapi pasokan gasnya untuk industri lokal
karena menimbun stok untuk keperluan ekspor.
Ini tengah menjadi tren meningkat seiring dengan segera rampungnya fasilitas
pengiriman LNG baru yang lebih dekat di Gladstone, Queensland.
Produsen gas menyangkal klaim tersebut, APPEA mengatakan mekanisme pasar
masih terus berjalan normal.
"Yang saat ini terjadi di sektur industri manufaktur Australia adalah
proposal perlindungan, yang berusaha menahan pasokan gas harganya tetap rendah
dengan mengorbankan industri produksi gas," kata Byers.
Oleh karena itu Byers meminta semua kalangan untuk melihat situasi ini
secara objektif dengan mempertimbangkan fakta-fakta dari pasar domestik di
seluruh dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar