Senin, 31 Maret 2014

Harga Cabai yang Melonjak



Sudah beberapa hari ini, harga cabai di Singkawang masih bertahan dengan harga Rp100 ribu/kilogram. Cabe dapat dikatakan sebagai bahan pokok makanan, karena sebagian besar orang Indonesia menyukai makanan yang ada pedasnya. Tak lengkap bersantap tanpa ada sambal di menu harian. Membuat kebanyakan dari ibu ibu yang kaget dengan kenaikan harga cabai yang melonjak sangat tinggi.


Namun Plt Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM (Disperindagkop dan UKM) Kota Singkawang, Hendriyan mengatakan tingginya harga cabe sesuai mekanisme pasar. Meski harga sudah menembus Rp10 ribu per onsnya.Kenaikan harga itu, kata dia, dikarenakan musim kemarau yang terjadi selama beberapa bulan terakhir dan musibah banjir yang terjadi pada beberapa bulan lalu. Dampaknya, para petani cabe menjadi gagal panen. Sehingga produksi cabe pun berkurang. Sehingga menyebabkan harganya mengalami kenaikan yang sangat melonjak.
"Itu mekanisme pasar. Terjadi kemarau dan gagal panen. Sementara dengan produksi yang sedikit tidak cukup untuk jumlah pemakai yang terus bertambah," jelas Hendriyan, Jumat (28/3)."Musim kemarau, menyebabkan petani cabe tidak mampu menyiramkan lahan pertaniannya yang luas. Akhirnya dibiarkan, rusak, mengeriting daunnya dan gagal panen, dan pada musim sebelumnya mengalami terendamnya sawah akibat banjir," tambah dia.
Pemerintah, kata dia, dalam hal ini melalui dinas terkait tidak bisa mengatur harga. Jika itu sudah menjadi mekanisme pasar. Terkecuali, sambung, jika itu termasuk barang-barang yang mendapat subsidi."Kalau itu barang subsidi, seperti BBM, pupuk atau lainnya, maka pemerintah bisa mengatur harganya. Tetapi jika bukan subsidi, maka sudah menjadi mekanisme pasar," jelas dia lagi.
Sebenarnya, ujar dia, banyak program untuk mengantisipasi tingginya harganya. Salah satunya, masyarakat bisa menanam cabe di perkarangan rumahnya.
"Cukup dua pot saja, sudah memenuhi kebutuhan satu rumah. Atau melalui program menggunakan bibit unggul. Tapi itu tadi, kita tidak bisa melakukan apa-apa, jika sudah kembali ke alam karena di luar perencanaan," kata dia.
Dalam kondisi seperti ini, lanjut dia, pemerintah juga tidak bisa berbuat banyak. Paling tidak, mendorong pihak swasta untuk mendatangkan cabai dari daerah yang surplus. Tapi itu pun tidak mampu juga mensuplai ke daerah-daerah lainnya. Dikarenakan, antara penawaran dan permintaan tak seimbang.
"Cabai adalah barang tidak tahan lama. Jadi tidak ada yang mau menstocknya. Tetapi kita tetap mendorong pemerintah, karena ini belum dikategorikan darurat," jelas dia.
Menurut Hendriyan kebutuhan cabai di Kota Singkawang, selain dari petani lokal. Juga didatangkan dari Sanggau Ledo."Kalau untuk konsumsi Singkawang saja, dari petani lokal, dan sedikit dari Sanggau Ledo, sudah mencukupi," ujar dia.Lebih lanjut, Hendriyan mengimbau masyarakat belanja sesuai dengan kebutuhan."Jika butuh setengah ons, jangan paksaan beli sekilo," kata dia.
sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar